Selamat siang, terima kasih banyak sudah berpartisipasi dalam wawancara ini. Kalau boleh tahu, Tama san asalnya dari mana?
Saya berasal dari Purwakarta. Sekarang tinggal di Cimahi karena pekerjaan. Saya lulusan UPI tahun 2009, jurusan kepelatihan olahraga, Fakultas FPOK.
Ini menarik sekali ya, yag dulunya jurusan olahraga, kenapa akhirnya memutuskan untuk ke Jepang. Selama ini pernah bekerja di mana saja?
Saya lulus 2015, setelah lulus saya sempat mengajar feelance olahraga di Cimahi sebagai pelatih Voli di perguruan tinggi, dan guru olahraga di sekolah-sekolah selama setahun. Setelah itu saya keluar dan kerja di EO (Outbound, Tour and Travel, dll).
Apa sih hal yang menjadi titik balik kamu untuk belajar bahasa Jepang?
Sebenarnya kalau dari dulu saya suka anime, tapi tidak terpikirkan untuk bekerja di Jepang, hanya saja saat KKN saya satu keompok dengan mahasiswa Sastra Jepang, dia sering membawa buku bahasa Jepang. Saya belajar darinya, dan ternyata seru juga. Walaupun selesai KKN saya tetap belajar belajar, jadi waktu nonton anime sedikitnya da kata-kata yang bisa saya mengerti.
Sampai sekarang saya terus belajar dan target sekarang adalah lulus JLPT N3.
Lalu, dapat informasi dari siapa tentang kerja di Jepang?
Saya direkomendasikan LPK oleh senior saya yang mengajari saya ketika KKN. Sebenarnya saya mencari yang 3 tahun, tapi hanya ada program yang setahun saja. Selama di LPK saya menjalani pelatihan selama 3 bulan seperti diajarkan cara bekerja di Jepang dan juga belajar dari segi bahasanya.
Ternyata pelatihannya lumayan singkat ya. Waktu itu bekerja di Jepang di bidang apa?
Saya bekerja di bidang pertanian. Dan bekerjanya memang di ladang. Walaupun programnya satu tahun, tapi fullnya kerja hanya 7 bulan saja, karena kalau memasuki musim dingin tidak bisa bercocok tanam. Sebelum mulai bekerja, di sana belajar lagi bahasa Jepang selama 3 minggu.
Di daerah mana kamu bekerja saat itu? Dan apa saja yang dikerjakannya?
Saya bekerja di daerah prefektur Nagano. Di sana diajarkan cara menanam sayur, nyemai bibit, panen juga mengirimkan sayuran ke pengepul. Jika memasuki musim panen, jam kerjanya bisa melebihi standar jam kerja biasanya.
Di Jepang, usaha petani masuknya perusahaan perorangan dan memiliki beberapa ladang. Waktu itu bos saya memiliki 7 ladang. Satu ladang sebesar 4x lapang bola dan yang lainnya sebesar lapang voli. Semua proses sudah menggunakan mesin, dari membuat gundukan, menyiram, sampai pemberian vitamin juga. Yang manual hanya menanam dan panen saja.
Wah, ternyata lumayan berat juga ya. Tapi hebatnya kamu bisa mengerjakan itu walaupun tidak ada dasar pertanian sama sekali. Ditambah, jarang sekali anak muda yang berminat untuk berprofesi sebagai petani. Kalau untuk jam kerjanya seperti apa? Karena saya pikir bertani itu berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Jika di musim tanam, saya mulai kerja jam 7 sampai jam 4 sore. Tapi kalau di musim panen kadang mulai kerja jam 12 malam atau jam 2 malam. Saya kerja tiap hari dan tidak ada hari libur. Terutama musim panen di bulan juli, agustus, september nyaris tidak ada hari libur, paling libur setengah hari.
Tapi karena tidak ada libur, harusnya penghasilannya juga lumayan kan..? hehe sedikit bocoran dong soal penghasilannya.
Gaji perbulan tergantung musim juga. Kalau hujan kan tidak kerja, otomatis tidak ada penghasilan juga. Dan di sana saya dibayar perjam. Perbulan saya bisa dapat 180.000 yen tapi belum dipotong ini itu. Jika musim panen di bulan agustus, saya bisa dapat 280.000 yen.
Menurut saya, di Jepang semakin berat pekerjaannya semakin mahal bayarannya. Tapi walaupun begitu tetap berbeda, bayaran yang magang 750-800, sedangkan orang Jepang 1200-2000 yen.
Waduh, tengah malam sekali. Alasannya kenapa mulai kerjanya jam segitu ya?
Karena bekas sayuran yang dipotong itu tidak boleh terkena matahari langsung. Dan sayurannya juga tidak boleh terkena matahari. Setelah sayuran dipotong langsung disiram supaya getah yang menempel tidak membuat sayur jadi kuning, karena hal ini bisa menurunkan harga jual. Selain itu, sayuran di packing di tempat itu juga setelah dicuci untuk kemudian siap didistribusikan ke setiap supermarket.
Saya tidak terlalu detail untuk masalah pertanian, tapi saya merasa cara panennya sangat berbeda sekali ya. Sayur apa yang ditanam di ladangnya? Dan berapa orang yang bekerja di sana saat itu?
Di ladang saya khusus letuce dan sawi putih. Ada 3 orang Indonesia yang bekerja di perusahaan sayur tempat saya magang.
Dari hasil belajar selama ada di sana, apakah kamu tidak tertarik untuk mengaplikasikannya di Indonesia?
Tentu saja saya tertarik untuk mengaplikasikan ilmu yang saya dapat, tapi alat-alatnya sangat mahal. Misal untuk melubangi mulsa, atau penutup dari plastik saja ada alatnya, berbeda dengan di Indonesia.
Selain itu, apa saja perbedaan sistem pertanian di Jepang dengan di Indonesia?
Soal pengepul mungkin sama dengan di Indonesia, tapi di Jepang lebih ketat dan sangat memperhatikan kualitas. Para pengepul ini memiliki kontrak dengan petani, dan hasil panennya dinilai oleh pengepul ini. Misalkan tahun ini penjualannya berapa. Setiap dus antara satu petani dengan petani yang lain berbeda, masing-masing punya nomornya sendiri yang telah terdaftar di pengepul. Itu sebabnya bos saya paling cerewet ketika pemotongan sayur. Jika sayurnya tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan bisa menurunkan report, jika nilainya jelek, berarti kuotanya dibatasi, misal dari yang awalnya 300 dus jadi 200 dus, dan hal ini tentunya mempengaruhi penghasilan.
Tanaman yang lewat batas panen bisa menurunkan harga sayuran. Berat perdus tidak boleh kurang atau lebih dari takaran yang sudah ditentukan. Misalnya untuk sawi putih beratnya harus 16 kg perdus.
Diluar rutinitas kerja, biasanya apa yang kamu lakukan?
Kalau di luar rutinitas kerja saya biasanya jalan-jalan pakai sepeda, karena daerah saya ini di pegunungan seperti Lembangnya Bandung jadi sangat enak sekali untuk bersepeda. Atau kadang saya main ke apato teman atau sekedar jalan-jalan ke kota, terutama waktu liburan saya pergi ke Tokyo, Asakusa, Shinjuku dan lain-lain.
Sudah lumayan keliling Jepang juga ya. Hal yang paling berkesan selama ada di sana apa sih?
Hal yang paling berkesan bagi saya adalah kebersihannya yang sangat luar biasa dan kedisiplinannya. Menurut saya mereka lebih beriman dibandingkan orang muslim (haha). Sangat taat dan patuh pada pemerintah dan pemerintahnya tidak semena-mena terhadap masyarakatnya. Lalu, di sana jarang sekali saya menemui tong sampah di pinggir jalan, hanya ada di mini market dan mall tapi tetap bersih. Sedangkan di Indonesia walaupun banyak tong sampah tapi tetap saja kotor.
Iya ya. Kalau masalah kebersihan tidak ada yang meragukan Jepang. Hal ini pun yang sebenarnya ingin kita terapkan juga di Indonesia, tapi jikan setiap pribadinya tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan, sampai kapan pun tidak akan pernah ada perubahan.
Kalau berbicara tentang kendala, kira-kira kendala apa yang kamu temui selama menjalani kehidupan di sana?
Kendala saya sebagai laki-laki muslim adalah sulitnya melaksanakan juma’tan, jadinya saya tidak jumatan. Tapi kalau peserta magang yang lain yang ada dekat masjid, bisa sempat shalat saat waktu istirahat. Sebetulnya kalau untuk shalat saya bisa curi-curi waktu. Walaupun kembali lagi ke pribadinya masing-masing. Kalau saya sengaja bawa sejadah ke ladang. Dari apato saya ke ladang sekitar 15 menit, biasanya setelah makan siang langsung shalat.
Yang paling berat adalah lama puasa hingga 16 jam, dan hal tersebut jadi ujian tersendiri. Apalagi ketika ketahuan puasa, saya suka dimarahi orang Jepang. Karena mereka berpikir bahwa muslim puasa seharian penuh. Sebenarnya mereka hanya khawatir dengan kesehatan. Jika kamu puasa, ya kamu mati dan saya juga sempat bertengkar dengan mereka gara-gara membahas hal ini. Akhirnya saya cari ide, jadi makanan bekal siang saya berikan ke teman saya tanpa sepengetahuan bos saya.
Ternyata pergi ke Jepang itu banyak sekali tantangannya ya. Mulai dari tantangan dari segi lingkungan, budaya dan bahasa. Tapi tantangan yang paling berat adalah ketika ideologi yang kita pegang bertentangan dengan ideologi yang berlaku di Jepang, apalagi ideologi Islam yang masih asing bagi mereka. Saya sangat menghargai usaha kamu untuk tetap memegang teguh prinsip tersebut. Salut! Hehe
Terakhir ini, kasih tau dong pesan-pesan buat pembaca すかSUKI yang membaca artikel ini.
Pesan saya, harus siap kuatkan niat, mental dan fisik dan yang paling utama adalah bahasa. Jangan sampai dibodoh-bodohin orang jepang (hahaha), apalagi dibidang pertanian itu pekerjaannya cukup berat. Tapi saya jamin, kalau kalian bisa menaklukkan pertanian, kamu bisa menaklukkan program magang lainnya, karena menurut saya tidak ada pekerjaan yang seberat di pertanian. Dan satu lagi, jangan takut karena kita dilindungi pemerintah Jepang, karena mereka sangat bertanggung jawab.
Terima kasih banyak Tama atas kontribusinya! Semoga dengan artikel ini banyak orang yang tertarik mencoba pergi ke Jepang ya.
Itu dia wawancara kita kali ini tentang pengalaman magang di bidang pertanian. Bagi laki-laki, terutama selain fisik dan mental yang harus dipersiapkan, kita juga jangan sampai terbawa arus keadaan apalagi kita harus menjual istilahnya yang menjadi prinsip kita.
Semangat buat kita yang sedang berusaha kerja di Jepang! Hehe